b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Tanda Kamu Punya Sifat Posesif

Tanda Kamu Punya Sifat Posesif



Sikap posesif itu sendiri tidak hanya terjadi pada hubungan percintaan. Terkadang, ada fase di mana anak merasa posesif pada barang yang dimilikinya, orangtua terhadap anaknya, atau sikap terlalu mengontrol teman, keluarga, hingga rekan kerja.

Keinginan untuk memiliki adalah hal yang wajar ketika seseorang punya pasangan. Namun, bila keinginan memiliki tersebut terlalu berlebihan hingga pasangan suka mengekang, ini justru bisa mengurangi keintiman dan malah membangun suatu hubungan yang tidak sehat. Pada tahap ini, rasa memiliki yang berlebihan kerap disebut dengan posesif.


Apa itu posesif?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, posesif adalah bersifat merasa menjadi pemilik. Namun, secara psikologi, posesif memiliki arti lebih dari sekadar itu. Seorang psikolog Ashley Hampton menyebut, posesif seringkali merupakan awal dari sikap mengontrol, mengatur, atau menguasai orang lain. Oleh karena itu, sifat posesif seringkali disebut juga dengan controlling behaviour. 

Sifat posesif cenderung dimulai dengan sangat lambat dan kerap sulit dideteksi pada awalnya. Pada hubungan percintaan, sifat ini sering dianggap sebagai bentuk perhatian dan rasa sayang dari pasangan.

Namun, sifat mengontrol ini sebenarnya bukanlah tanda romantis, perhatian, atau kasih sayang yang tepat. Ini merupakan cara seseorang dalam mengatasi perasaan cemburu, takut, insecure, atau kurangnya rasa percaya diri terhadap pasangan.

Di luar hubungan romantis, sifat controlling behavior ini bisa ditunjukkan dengan serangkaian tindakan manipulasi, eksploitasi, dan intimidasi terhadap seseorang untuk alasan egois. Secara tidak sadar, hal-hal ini telah merampas kebebasan orang lain. Adapun hal ini bisa mengarah pada bentuk pelecehan, termasuk abusive relationship. 

Pada kondisi tertentu, dilansir dari HealthGuidance, posesif juga bisa menjadi indikator bahwa ada masalah kesehatan mental yang serius, seperti gangguan bipolar, gangguan kepribadian narsistik, atau bahkan skizofrenia.


Apa yang membuat seseorang jadi posesif?


1. Kenyamanan saat pegang kendali

Kemampuan mengendalikan orang lain memberikan perasaan aman kepada diri Anda, karena Anda jadi memiliki kekuatan untuk menjaga segalanya untuk tetap stabil. Namun, kenyamanan ini dapat menimbulkan ketagihan, sehingga Anda terus ingin menjadi si pengendali. Padahal sebenarnya, karakter ini justru dapat berarti kurangnya rasa percaya diri dalam diri Anda.


2. Bergantung secara berlebihan

Terlalu bergantung kepada pasangan atau orang lain akan membentuk Anda menjadi orang yang posesif. Anda mungkin selalu ingin bersama dengan pasangan, dan secara tidak sadar menghalangi kebebasannya untuk berkumpul dengan orang lain.


3. Ketakutan tersembunyi

Ketakutan atau kegelisahan yang tersembunyi, seperti takut dikasihani oleh orang lain, takut ditinggalkan, takut mengalami emosi yang menyakitkan, atau takut akan kegagalan (perfeksionisme, termasuk memiliki pasangan yang perfeksionis) bisa menjadi pemicu sifat ini. Biasanya, ini juga terkait dengan peristiwa traumatis yang pernah terjadi pada masa lalu, seperti pernah ditinggalkan oleh orang yang disayang.


4. Kurangnya rasa percaya

Kurang percaya diri dalam hubungan juga bisa jadi salah satu penyebabnya. Anda mungkin jadi merasa cemburu yang tidak sehat atau tanpa alasan yang jelas terhadap pasangan, atau tidak yakin rekan kerja Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.


Apa tandanya Anda memiliki sifat posesif?

Sebagian besar orang tidak menyadari bila dirinya memiliki sifat posesif atau berada di dalam hubungan yang mengontrol. Untuk lebih mengenalnya, berikut adalah tanda-tanda Anda, pasangan, atau kerabat Anda bersikap posesif:


1. Mengawasi Anda sepanjang waktu

Jika pasangan, kerabat, atau keluarga Anda terus menerus menelepon dan menanyakan di mana Anda dan bersama siapa, mungkin itu salah satu ciri mereka bersikap posesif. Ini mungkin terlihat seperti bentuk perhatian pada Anda. Namun, orang yang suka mengontrol akan tetap menghubungi Anda meski Anda sedang sibuk atau berada dalam situasi yang mengancam baginya.

Misalnya, jika Anda sedang bepergian bersama teman, pasangan yang posesif akan selalu menghubungi Anda untuk memastikan bahwa Anda aman dan Anda masih menjadi miliknya.


2. Mengatur dengan siapa Anda boleh bergaul

Tidak hanya mengkhawatirkan Anda saat bersama orang lain, orang yang suka mengontrol juga mulai mengatur dengan siapa saja Anda boleh bergaul. Bukan untuk melindungi, hal ini dilakukan karena ia bersikap cemburu. Misalnya, pasangan Anda akan melarang Anda untuk bertemu dengan teman-teman, karena perhatian Anda menjadi kurang saat berkumpul bersama orang lain.


3. Sering mengkritik

Kritik adalah hal yang diperlukan untuk meningkatkan kehidupan dan harga diri Anda. Namun, kritik yang terus menerus dan selalu merendahkan atau menyakitkan dari kerabat, pasangan, atau keluarga, bisa menjadi ciri bahwa mereka berusaha mengontrol diri Anda. Ini juga termasuk mengkritik hal-hal yang sepele, seperti cara Anda minum kopi, berpakaian, hingga yang signifikan sekalipun, seperti pilihan karir Anda.


4. Membuat Anda merasa bersalah atau mencari kesalahan

Orang yang suka mengontrol mencoba membuat Anda merasa bersalah, atau terus mencari kesalahan bila Anda tidak bersikap sesuai dengan keinginannya. Padahal, apa yang diinginkannya tidak selalu benar. Dengan demikian, Anda akan terus meminta maaf dan ia akan selalu bisa mengendalikan Anda.


5. Memiliki emosi yang tidak stabil

Ciri orang posesif lainnya adalah emosi dan suasana hati yang tidak stabil. Seringkali, orang yang suka mengontrol menjadi mudah marah bila Anda melakukan sesuatu yang tidak sesuai atau yang menurutnya salah. Bahkan terkadang, ancaman, seperti ingin bunuh diri, atau kekerasan fisik mungkin saja dilakukan agar Anda bisa mematuhinya.


Bagaimana cara menghadapi seseorang yang bersifat posesif?

Memiliki masalah dalam suatu hubungan, baik dengan pasangan, teman, kerabat, maupun lainnya, dapat diselesaikan dengan komunikasi dan pemahaman yang tepat. Oleh karena itu, langkah awal yang bisa Anda lakukan ketika menghadapi pasangan yang posesif atau jika memiliki kerabat atau teman dengan sifat yang sama, ada baiknya Anda membicarakan hal tersebut dengan mereka.

Jika memang ia tidak bisa menerima atau malah memicu perkelahian, mungkin ini saatnya Anda minta putus dengan pacar atau pasangan, atau keluar dari hubungan yang merugikan ini. Memang, memutuskan hubungan dengan orang lain tidak semudah yang dikira.

Jika dirasa sulit atau bila meninggalkannya justru membahayakan diri Anda, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan orang lain yang Anda percaya. Anda pun bisa melakukan konseling ke ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, yang dapat membantu meringankan beban mental Anda.


Bagaimana cara menghilangkan sifat posesif?

Sifat posesif tidak akan membuat hubungan Anda langgeng, tetapi justru akan membuat pasangan ingin “melarikan diri” dari kekangan Anda. Terlalu mengatur hidup pasangan dan membuat banyak larangan pun bisa membuatnya merasa bahwa Anda tidak mempercayainya. Jika Anda salah satu orang yang memiliki sifat posesif ini, berikut adalah cara-cara yang bisa Anda terapkan untuk menghilangkannya:


1. Jangan menuruti emosi

Saat pemicu sifat posesif Anda muncul dan mempengaruhi emosi Anda, seperti rasa cemburu, sebaiknya diam sejenak dan pahami apa yang sedang terjadi dalam diri Anda. Bertindak gegabah dengan menuruti emosi ini justru akan dapat melukai perasaan orang lain. Sambil diam sejenak, Anda pun bisa melakukan meditasi untuk mengatasi pikiran negatif dan mengurangi rasa cemas berlebihan yang Anda rasakan.


2. Telusuri masa lalu Anda

Peristiwa masa lalu bisa menjadi salah satu penyebab munculnya sifat posesif. Oleh karena itu, Anda perlu menelusuri kejadian-kejadian pada masa lalu yang mungkin menyebabkan sifat ini muncul.

Jika sudah menemukannya, lupakan kenangan buruk tersebut dan fokus pada hidup Anda saat ini. Jangan lupa pula untuk mengkomunikasikannya dengan pasangan, teman, atau kerabat Anda yang mungkin akan membantunya untuk lebih memahami Anda.


3. Tumbuhkan rasa percaya

Seringkali, seseorang merasa perlu mengontrol orang lain karena kurang percaya terhadap orang tersebut. Anda mungkin khawatir bila rekan kerja Anda tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik atau cemas pasangan Anda akan menggoda orang lain saat tidak bersama dengan Anda.

Jika Anda merasakan ini, sebaiknya mulai tumbuhkan rasa percaya Anda kepada orang lain. Jika Anda mengharapkan orang lain akan mempercayai diri Anda, maka Anda pun harus percaya pada orang lain. Jika Anda percaya pada diri sendiri tentang kemampuan Anda dalam bekerja atau tidak akan pernah menggoda orang lain, maka Anda harus bisa mempercayai rekan kerja atau pasangan Anda untuk melakukan hal yang sama.


hallosehat/Ihda Fadila

Posting Komentar

Posting Komentar