b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Sahabat Pena

 

Sahabat Pena


“Ra, ada surat nih” panggil mamaku

“Surat? Dari siapa, ma?” tanya aku

“Kurang tau. Nih, suratnya” ucap mama sambil memberikan surat itu padaku

Aku mengambil surat itu dan membukanya

“Oh, dari Tristan” ucapku


Dear Rara,


Hai, ra? Apa kabar? Semoga kabarmu baik-baik saja ya.

Oh, iya tanggal 15 Desember mendatang bisa kah kamu berkunjug ke taman kota? Aku ingin sekali bertemu denganmu.

Sudah dulu surat dariku, semoga kita bisa bertemu minggu depan.

Ku tunggu balasan dari mu.


Your friend,


Tristan


Aku segera memasukkan surat tersebut ke dalam laci. Ku ambil selembar kertas dan bolpoin berwarna hitam. Aku segera membalas surat dari Tristan, sahabatku.

Selesai membalas surat dari Tristan, aku segera menyimpan di dalam tas. Rencananya akan kukirimkan hari ini. Akan tetapi, hari sudah mulai gelap dan aku memutuskan untuk mengirimkannya besok.

Esok harinya, aku berpamitan kepada mamaku.


“Ma, Rara pergi ke kantor pos dulu ya. Mau ngirim surat untuk Tristan.” ucapku pada mama

“Yasudah, nanti biar mang Ucup yang nganterin kamu ke kantor pos ya, Ra” ujar mama

“Iya, ma” ujarku


Aku pergi menuju kantor pos bersama supirku, mang Ucup. Sesampai di kantor pos, aku segera memberikan surat tersebut kepada pak pos.


“Aku ingin bertemu denganmu, Tristan” gumamku


-15 Desember-


Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Dimana aku bisa bertemu dengan Tristan, sahabatku. Aku memakai baju terusan berwarna putih, sepatu putih, bandu putih, tas putih, dan gelang putih. Aku juga membawa topi biru untuk Tristan. Aku pergi menuju Taman Kota bersama mang Ucup. Aku menunggu Tristan cukup lama. Karena bosan, aku memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Aku baru sadar bahwa di taman kota terdapat sebuah pemakaman umum. Tanpa ada rasa takut , aku segera memasuki pemakaman tersebut. Aku berjalan memutar pemakaman tersebut. Aku terkejut saat melihat salah satu makam terdapat sepucuk surat diatas makam tersebut. Aku segeram mengambil surat itu dan membacanya.


Dear Rara,


Sekarang rasa kangen ku sudah hilang. Aku bisa melihat wajah kamu sangat jelas. Kau sangat cantik, Ra. Maaf jika aku sudah berbohong padamu. Aku sangat kesepian disini. Aku tidak memiliki teman. Tapi, Tuhan mengijinkan aku untuk memiliki teman walau hanya melalui sepucuk surat. Aku juga sudah menerima topi biru darimu dan aku juga sudah memberi hadiah untukmu.

Mungkin hanya ini saja dariku, jangan bosan untuk berkirim surat untukku ya, Ra. Sampai bertemu disurga nanti.


Sahabatmu,


Tristan


Aku menitikkan air mata. Sungguh tidak kusangka, aku mengagumi seseorang yang sudah berbeda alam denganku. Aku segera membuka tasku, disana sudah tidak ada topi berwarna biru melainkan liontin berbentuk hati. Aku segera membuka liontin tersebut. Didalamnya terdapat foto aku dan Tristan. Aku tersenyum saat melihat wajah Tristan. Dia sangat tampan. Seandainya dia masih hidup, aku akan menjadikan dia sahabat spesial bahkan lebih dari sahabat.



Ekopolitan

Posting Komentar

Posting Komentar