b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Stres dan Burnout Ternyata Berbeda

Perbedaan Stres dan Burnout

Definisi stres

Sebelum bahas tentang bedanya stres dan burnout, kuy kita refresh dulu definisi keduanya.

Stres adalah kemampuan bawaan tubuh kamu untuk merespons stresor internal atau eksternal. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan kamu menghadapi tantangan baik yang positif maupun yang buruk.

Stres nggak selalu merupakan hal yang buruk. Stres sendiri terbagi dua: eustress dan distress.

Eustress adalah stres baik yang membuat kamu lebih semangat dan memotivasimu mencapai tujuan. Deadline, misalnya, bisa memotivasi kamu untuk berkonsentrasi.

Dalam keadaan lain, respons stres bisa membuat seseorang kewalahan dan nggak mampu mengatasinya, yang disebut sebagai distress.

Apa yang membuat kamu mengalami satu atau yang lain ditentukan oleh berbagai keadaan, termasuk bagaimana kamu menafsirkan penyebab stres, sumber daya emosional kamu, dan ketersediaan support.

Misalnya, tenggat waktu yang sama yang membantu satu orang fokus dapat menyebabkan orang lain tertekan dan mengalami kecemasan. Tuntutan kerja yang sama bisa aja memotivasi seseorang, tapi bagi orang lain tuntutan itu terlalu keras.

Definisi Burnout

Terus, burnout itu apa ya?

Kalo kita ambil kesimpulan dari artikel burnout yang pernah saya bahas, burnout adalah sebuah kondisi psikologis yang muncul akibat dari stres negatif yang bertumpuk-tumpuk. Ini merupakan gabungan ataupun secara terpisah dari ekspektasi kerja yang tinggi serta nggak sesuai dengan kapasitas kerja. Perlahan, kondisi psikologis ini membuat pekerja menjadi lelah secara emosional, sinis terhadap masa depan kerjanya, dan merasa nggak yakin lagi akan kemampuan kerjanya.

Burnout merupakan kondisi kelelahan dan kejenuhan kronis akibat dari distres yang bertumpuk, diperparah dari tuntutan kerja yang nggak sesuai sama kapasitas seseorang.

Burnout adalah dampak lanjutan dari distress. Orang dengan distress belum tentu mengalami burnout, tapi orang burnout udah pasti karena stres.

Ketika kamu mengalami suatu tekanan terus-menerus, kamu berpotensi mengalami stres kronis.

Apalagi kalo kamu nggak mengelola stres ini sejak awal. Stres kronis didefinisikan sebagai respons stres yang diaktifkan selama periode waktu yang lama atau secara teratur.

Burnout dianggap sebagai jenis distress yang berkepanjangan. Maslach (2003) mencirikannya sebagai “reaksi terhadap tekanan emosional dan interpersonal jangka panjang di tempat kerja.”

Namun, stres terus-menerus mungkin nggak secara otomatis menyiratkan burnout.

Perbedaan stres dan burnout

Lantas, apa perbedaan stres dan burnout?

Burnout hanya digunakan untuk kelelahan aktivitas kerja, sementara stres cakupannya lebih luas

Burnout digunakan untuk menyebut kondisi kelelahan kronis yang terjadi karena aktivitas kerja.

Misalnya caregiver burnout, terjadi pada seseorang yang merawat orang lain. Caregiver bisa disematkan pada ibu yang merawat anak. Meski jadi ibu bukanlah suatu pekerjaan dengan gaji, tapi ada aktivitas kerja di sini; masak, mandiin, makein baju, gantiin popok, dan semacamnya.

Bisa nggak caregiver merasakan stres? Ya bisa. Tapi peluang ke burnoutnya juga ada.

Sementara stres dapat terjadi pada lingkup yang lebih luas. Nggak harus terkait kerjaan! Soalnya, stressor (penyebab stres) ada di mana aja.

Misalnya stres saat merencanakan pernikahan. Atau stres karena macet. Atau stres karena pacar minta nikah padahal kamu sendiri internetan selalu minta hotspot sama temen.

Nah nggak ada tuh burnout karena macet atau burnout karena merencanakan pernikahan. Karena merencanakan menikah bukan pekerjaan, nyetir juga bukan pekerjaan.

Tapi stresornya ada; macet dan ribetnya pernikahan adalah stresor.

Orang burnout udah pasti stres, orang stres belum tentu burnout.

kita juga udah mengetahui bahwa burnout berasal dari distres yang berkepanjangan. Karena burnout bisa disebabkan karena stres, berarti orang yang burnout udah pasti stres.

Sementara yang stres bisa jadi hanya sebatas stres aja, nggak sampe burnout.

Seseorang yang sedang stres masih bisa bekerja, sementara burnout tidak.

Burnout adalah jenis kelelahan yang luar biasa.

Kalo sekedar jenuh karena tekanan, kamu masih bisa “power through” dan terus berusaha sampe pekerjaan itu selesai.

Tapi kalo burnout, lelahnya itu bikin kamu muak sampe kamu nggak mau lagi lihat pekerjaan itu. Kamu nggak mau tahu, nggak mau peduli, dan nggak mau mikirin lagi.

Kamu juga udah merasa kehilangan harapan, seolah apa yang kamu lakukan nggak akan ada dampaknya. Motivasi udah mengering total, sampe tugas kecil pun rasanya mustahil dilakukan.

Burnout cenderung muncul perlahan dan tidak disadari, sementara stres dapat langsung dirasakan saat menemukan stressor.

Stres dapat dirasakan saat kamu menemukan stressor.

Misalnya gini. Kamu udah punya tugas menumpuk. Laporan praktikum belum selesai. Terus waktu kuliah, dosen kamu bilang, “Minggu depan kita kuis ya.” Apa yang u rasain hmmm?

Mungkin kamu langsung menghadeh panjang banget sampe paru-paru kamu kempot.

Stres langsung terasa segera saat kamu dihadapkan sama penyebabnya.

Ini beda sama burnout, yang munculnya itu nggak terasa. Soalnya ini terjadi karena berbagai faktor, bukan hanya satu stresor sederhana. Burnout baru terasa setelah kamu udah mencapai kapasitas maksimal kamu dalam menangani stressor.

Burnout bisa terjadi ketika stres kronis yang dirasakan menyebabkan gejala yang lebih akut dan menghambat seseorang untuk bekerja maksimal.

Sebagian besar skala burnout menyebutkan tingkat kelelahan yang tinggi secara fisik maupun mental sebagai perbedaan mendasar antara burnout dan stres.

Sekarang kita lihat tiga karakteristik utama dari burnout:

  • kelelahan kronis
  • sinisme dan tidak berminat pada karier atau tugas
  • ketiadaan motivasi untuk bekerja

Keterlibatan kerja yang rendah, misalnya, bisa mengindikasikan Burnout daripada stres. Orang yang mengalami stres pada tahap tertentu masih bisa bekerja, sementara orang dengan burnout sudah nggak sanggup lagi untuk sekedar melihat tumpukan pekerjaan itu.

Kesamaan stres dan burnout

Karena burnout adalah jenis stres negatif, maka burnout memiliki beberapa indikasi dan gejala utama dari stres.

Stres kronis dan burnout punya beberapa dampak fisik yang mirip, misalnya:

  • Sakit kepala
  • Berubahnya pola tidur
  • Sakit dan nyeri di badan
  • Kelelahan
  • Jantung berdebar-debar
  • Sesak napas
  • Sembelit atau diare
  • Ketegangan otot
  • Disfungsi seksual
  • Gairah seks rendah
  • Kelemahan sistem kekebalan tubuh

Dampak emosional dan mental di antaranya:

  • Kecemasan
  • Depresi
  • Kurangnya motivasi
  • Jadi gampang marah
  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi
  • Kesulitan belajar
  • Gampang marah
  • Gampang menangis

Itu tadi ya beberapa perbedaan stres dan burnout. Semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita semua

psikologihore

Posting Komentar

Posting Komentar