Sebagai orang tua, kita pasti khawatir dengan ancaman kejahatan yang ada di sekitar anak, salah satunya pedofilia. Pedofil sendiri merujuk kepada seseorang yang mengidap gangguan seksual, di mana ia tertarik kepada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Sudah banyak kasus kriminal yang melibatkan pedofil dan membahayakan anak-anak. Tak dapat dipungkiri, saat ini pun masih banyak predator seksual yang berkeliaran mencari mangsa.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua? Selain harus membekali anak soal pendidikan seks sesuai usianya, memberikan pemahaman soal underwear rules, memberi tahu apa yang boleh disentuh dan tidak, yang tak kalah penting adalah kembali ke perilaku kita sendiri. Terutama yang berkaitan dengan mengunggah foto anak di sosial media.
Memang, kita pasti ingin membagikan perkembangan Si Kecil melalui media sosial. Apalagi jika mereka sedang lucu-lucunya. Melihat tingkah laku anak yang menggemaskan, bawaannya ingin mengabadikan dan mengunggahnya ke akun Instagram kita. Rasanya ingin semua dunia tahu bagaimana lucunya anak kita.
Namun, tetap harus ada yang diperhatikan ya, Mommies. Penting sekali untuk menahan jari-jari agar tidak memposting foto anak di media sosial yang cenderung membahayakan. Terutama foto anak yang disukai pedofilia. Misalnya seperti:
1. Foto telanjang
Jangan sampai kebablasan posting foto anak yang vulgar ya, Mommies. Ini justru secara terang-terangan memberikan ‘umpan’ kepada predator seksual. Sebagai contoh, Mommies yang memiliki anak perempuan juga harus lebih hati-hati memposting foto anak saat berbikini.
2. Foto dengan ekspresi duck face
Ternyata, foto anak yang sedang menunjukkan duck face juga disukai para predator. Dilansir dari Mamamia.com, Erin Cash, detektif Queensland Police yang sudah punya pengalaman lebih dari 12 tahun mendalami kasus kekerasan seksual pada anak, mengungkapkan bahwa foto duck face juga kerap menarik perhatian pedofil.
3. Foto anak ditutupi dengan emoticon pada area sensitif
Selain foto anak yang telanjang, dan duck face, Erin Cash mengatakan bahwa foto anak-anak yang ditutupi dengan emoticon pada area sensitif ternyata juga disenangi pedofil. Mungkin karena foto-foto ini mengundang imajinasi mereka.
Jika diibaratkan, media sosial seperti mal yang penuh sesak. Siapa pun boleh masuk dan menikmatinya. Kalau tidak ngerem diri sendiri, bisa kebablasan. Ada risiko penyebaran foto: setelah mengunggah foto anak di media sosial, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menyalin, menyimpan, bahkan menggunakannya untuk keperluan yang merugikan kita.
Sebaiknya, setiap kali mau memposting foto anak di social media, Mommies melakukan review ulang terlebih dulu. Tanyakan kepada diri sendiri hal-hal berikut:
- Apakah foto tersebut memang layak di-posting?
- Bagaimana dengan ekspresi atau pakaian yang dikenakan oleh anak, tertutup atau terbuka?
- Apakah foto yang akan kita posting akan memancing imajinasi para predator?
- Kira-kira, apakah foto tersebut punya manfaat bagi orang lain atau sekedar saya ingin pamer saja?
- Kalau memang mau diposting, lebih layak untuk media sosial yang mana?
Apakah di foto tersebut ada teman-temannya? Bisa saja orang tua dari teman anak kita tidak suka kalau foto anaknya di-share di media sosial.
mommiesdaily.com
Posting Komentar