b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Mengenal Hoarding Disorder

Apa itu Hoarding Disorder

Penderita hoarding disorder biasanya menyimpan banyak benda, seperti koran atau majalah, perlengkapan rumah tangga, bahkan pakaian yang sudah kotor atau rusak. Hal ini membuat tempat tinggalnya sempit karena terisi penuh dengan benda-benda yang mereka timbun.

Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang yang tidak berharga. Alasannya bisa karena menganggap barang tersebut akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman ketika dikelilingi barang-barang tersebut.

Hoarding disorder dapat sulit diobati. Hal ini karena banyak penderitanya tidak menyadari bahwa perilakunya bermasalah. Namun, perawatan yang tepat bisa membantu penderita hoarding disorder memperbaiki kualitas hidup.

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:

  • Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)
  • Dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang
  • Memiliki keluarga yang menderita hoarding disorder
  • Pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai
  • Kehilangan harta benda akibat kebakaran

Gejala Hoarding Disorder

Mencari dan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder. Gejala ini biasanya muncul pertama kali di masa remaja atau awal usia dewasa.

Selain gejala di atas, penderita hoarding disorder juga menunjukkan tanda dan gejala berikut:

  • Sulit untuk membuang barang-barang yang tidak diperlukan
  • Merasa cemas ketika hendak membuang barang yang tidak diperlukan
  • Sulit dalam mengambil keputusan
  • Mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun
  • Merasa cemas atau tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain
  • Menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah
  • Melarang orang lain membersihkan rumahnya
  • Menjauhkan diri dari keluarga dan teman

Kapan harus ke dokter

Penderita hoarding disorder umumnya tidak akan memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itu, jika keluarga atau orang terdekat menunjukkan gejala hoarding disorder, ajak mereka untuk berkonsultasi kepada dokter.

Melalui konsultasi, dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis dan merekomendasikan metode perawatan yang tepat.

Diagnosis Hoarding Disorder

Untuk mendiagnosis hoarding disorder, dokter akan melakukan tanya jawab seputar riwayat kesehatan dan kebiasaan memperoleh atau menyimpan barang. Dokter juga dapat menanyakan kondisi pasien pada orang terdekatnya dan meminta gambaran rumah pasien.

Selanjutnya, dokter akan menggunakan kriteria Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis hoarding disorders. Beberapa kriteria yang menunjukkan hoarding disorder adalah:

Kesulitan untuk membuang benda yang sudah tidak terpakai

Perasaan untuk selalu menyimpan atau menimbun banyak benda

Tempat tinggal penderita penuh dengan benda yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan penghuninya

Benda yang ditimbun menimbulkan masalah di lingkungan sekitar, hubungan sosial, dan pekerjaan

Kebiasaan menimbun benda tidak terkait gangguan kesehatan lain, seperti cedera otak, gangguan obsesif kompulsif (OCD), atau sindrom Prader-Willi

Pengobatan Hoarding Disorder

Hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut adalah penjelasannya:

Psikoterapi

Psikoterapi, antara lain terapi perilaku kognitif, dapat dilakukan untuk meredakan gejala hoarding disorder. Pada terapi tersebut, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang serta belajar membuang barang yang tertumpuk.

Terapi perilaku kognitif juga dibantu oleh anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah.

Obat-obatan

Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah jenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

Selain menjalani pengobatan, Anda bisa melakukan langkah-langkah di bawah ini untuk membantu proses pemulihan:

  • Buat daftar benda-benda di rumah dan pilih yang masih terpakai atau perlu dibuang
  • Buang benda yang menumpuk dan tidak terpakai di rumah, minimal 5 jenis benda per hari
  • Sumbangkan barang yang layak pakai kepada orang yang membutuhkan
  • Letakkan tempat sampah di setiap ruangan, seperti kamar, ruang tamu, dan dapur
  • Buat jadwal kegiatan apa saja yang harus dilakukan setiap hari
  • Bandingkan foto ruangan sebelum dan sesudah dibersihkan, untuk melihat pencapaian Anda
  • Cobalah untuk membuat keputusan dengan cepat apakah akan menyimpan suatu barang atau tidak
  • Manfaatkan teknologi, seperti menonton video atau menyimpan foto di ponsel, untuk mengurangi kecenderungan menumpuk barang

Komplikasi Hoarding Disorder

Hoarding disorder yang tidak ditangani dengan tepat dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan masalah lain, seperti:

  • Risiko jatuh atau tertimpa benda-benda yang ditimbun
  • Terjebak dalam ruangan yang sempit
  • Risiko terlibat konflik dengan keluarga atau orang sekitar
  • Terisolasi dari lingkungan sekitar
  • Gangguan kesehatan karena lingkungan tidak bersih
  • Produktivitas kerja menurun
  • Kebakaran

Pencegahan Hoarding Disorder

Seperti telah disebutkan di atas, penyebab hoarding disorder masih belum diketahui. Oleh sebab itu, belum diketahui pula cara untuk mencegah kondisi ini. Namun, bila hoarding disorder terkait dengan gangguan mental, maka gangguan mental tersebut perlu diatasi sejak dini untuk mengurangi risiko perburukan hoarding disorder.

sumber

Posting Komentar

Posting Komentar