Beberapa tahun ke belakang marak demo tentang keberadaan SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi) yang mampu mentransmisikan tegangan listrik 500 KV dan dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan alam termasuk di dalamnya kekhawatiran timbulnya penyakit akibat pancaran radiasi medan listrik dan medan magnet yang ditimbulkan.
Meskipun berada di bawah ambang batas, pancaran radiasinya yang diterima tubuh secara terus-menerus dan dalam kurun waktu yang cukup lama dikhawatirkan mampu menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan, seperti pusing-pusing, kelumpuhan, dan memicu aktifnya sel-sel kanker dalam tubuh.
Kemudian semakin pesatnya pertumbuhan teknologi telefon seluler juga memunculkan kekhawatiran kepada masyarakat akan bahaya radiasi gelombang elektromagnetik yang cukup besar. Keluhan-keluhan berupa sakit kepala, pening, sukar tidur, konsentrasi terganggu, atau merasa letih tanpa tahu penyebabnya bisa jadi merupakan pengaruh dari pancaran gelombang listrik dan elektromagnetik dari perangkat-perangkat elektronik sehari-hari, salah satunya telefon seluler.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Lund University (Swedia) menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan telefon seluler dapat memengaruhi fungsi enzim dan protein. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan menunjukkan adanya perubahan biokimia dalam darah tikus, yaitu terjadinya perubahan protein albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak.
Prof. Leif Salford, peneliti masalah dampak penggunaan telefon seluler terhadap kesehatan mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari telefon seluler dapat memicu timbulnya penyakit alzheimer atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya. Alzheimer adalah salah satu penyakit yang menyebabkan menurunnya kemampuan berpikir serta kemampuan daya ingat sehingga gejala penyakit ini mirip dengan orang tua yang pikun. Belum terbukti secara langsung bahwa penggunaan telefon seluler adalah penyebab utama timbulnya penyakit alzheimer. Menurut dia, akibat yang mungkin ditimbulkan radiasi elektromagnetik dari telefon seluler tidak boleh diabaikan begitu saja, tetapi harus secara cermat diteliti segala kemungkinan yang dapat ditimbulkan pemakaian telefon seluler.
Bahaya “Wifi”
Akhir-akhir ini muncul pula kekhawatiran masyarakat akan bahaya radiasi wifi (wireless fidelity) atau sering kita kenal dengan teknologi hot spot. Hal ini ditengarai dari temuan Panorama, program stasiun televisi BBC, Inggris, yang menyimpulkan bahwa tingkat pancaran radiasi dari perangkat wifi lebih tinggi daripada menara transmisi sebuah operator telepon selular.
Investigasi ini dilakukan disebuah sekolah di Norwich, Inggris. Dan berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa kekuatan sinyal wifi di dalam ruang kelas tersebut tiga kali lebih kuat daripada intensitas radiasi dari menara ponsel. Tetapi hal ini masih dalam perdebatan di kalangan ilmuwan, menyangkut metode pengukuran yang dilakukan oleh pihak Panorama. Salah satu yang kontra atas kesimpulan tersebut adalah Prof Challis, Chairman of the Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR), yang mengatakan bahwa daya radiasi yang dikeluarkan oleh perangkat wifi sangatlah kecil dan berjarak cukup jauh dengan pengguna, sehingga pengaruh yang ditimbulkan terhadap kesehatan tubuh menyangkut bahaya radiasi sangatlah tidak berdasar.
Bahaya radiasi gelombang elektromagnetik itu menurut Prof. Olle Johansson dari Karolinska Institute, Swedia, yang diwawancarai Panorama, dapat memengaruhi keseimbangan tubuh seperti kerusakan kromosom, menurunnya konsentrasi dan daya ingat, serta menjadi pemicu aktifnya pergerakan sel-sel kanker.
Penelitian tentang pengaruh radiasi wifi juga dilakukan di Universutas Wageningen, Belanda. Didapati bahwa akibat radiasi sinyal wifi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman di daerah perkotaan dan terjadinya perubahan warna daun menjadi kekuning-kuningan. Ini berbeda jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di perdesaan. Tentu saja ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut, karena tidak hanya radiasi sinyal wifi saja, tetapi banyak faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman didaerah perkotaan seperti radiasi sinyal telefon seluler dan perangkat elektronika lainnya serta polusi kendaraan bermotor.
Lalu berapa sebenarnya batas aman gelombang elektromagnetik yang mampu diserap oleh tubuh manusia? Sejauh pengamatan penulis, untuk teknologi wifi, belum ada aturan yang dikeluarkan seberapa besar ambang batas aman yang mampu diserap tubuh manusia. Sementara untuk telefon seluler, FCC (Federal Communications Commission) yang merupakan salah satu lembaga independen pemerintah di Amerika Serikat yang umumnya mengatur sistem radio, telekomunikasi dan penyiaran, telah menetapkan batas maksimal besarnya radiasi yang diperbolehkan untuk telefon seluler yang dinyatakan dalam SAR (specific absorption rate).
SAR adalah nilai maksimum radiasi yang diserap oleh tubuh per satuan berat. FCC menentukan besarnya SAR untuk telefon seluler adalah maksimal sebesar 1.6 W/kg. Sementara negara-negara di Eropa menetapkan bahwa besarnya SAR maksimal adalah 2 W/kg. Berdasarkan aturan tersebut, maka ponsel yang berada diatas batas ini tidak boleh diproduksi dan diperjualbelikan. Demikian pula berdasarkan perhitungan energi kuantum (dalam elektron volt-eV) bahwa pancaran energi ponsel berada pada seper sejuta eV (1.241×10-6 eV), yang menandakan bahwa pancaran energi yang dihasilkan sangatlah kecil dan relatif aman bila kita mengabaikan jarak dan intensitas radiasi.
Dibandingkan dengan radiasi telefon seluler, sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa radiasi yang dipancarkan oleh perangkat wifi jauh lebih kecil. Wifi umumnya beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz (gigahertz) dengan daya yang dipancarkan sekitar 0,1 watt dari antena laptop dan router. Dan daya ini akan terus menurun berbanding lurus dengan jarak. Bandingkan dengan daya pancar telefon seluler yang berkisar antara 0.6-3 Watt (typical 1 watt pada frekuensi 1,9 GHz).
Kenyataan ini tentu saja secara tidak langsung menyimpulkan bahwa pancaran radiasi yang ditimbulkan perangkat teknologi ini aman bagi tubuh marusia. Namun, tentu saja kita tidak boleh mengabaikan intensitas dan jarak pengguna dengan titik akses (access point). Semakin sering kita bersentuhan dengan radiasi sinyal WiFi ditambah dengan radiasi telefon seluler dan beberapa perangkat elektronika lainnya dengan intensitas yang cukup tinggi, radiasi elektromagnetik akan berimbas pada terganggunya keseimbangan tubuh.
Penelitian tentang pengaruh radiasi sinyal wifi terus dilakukan sebagaimana tuntutan masyarakat luas seiring makin pesatnya perkembangan teknologi ini. Meskipun terbilang cukup aman dibandingkan radiasi sinyal telefon seluler dan SUTET, alangkah lebih baiknya mengurangi intensitas menggunakan internet dengan wifi untuk meminimalisasi efek radiasi yang dipancarkan. Gunakanlah kabel LAN konvesional bila ingin mengakses internet dalam waktu yang cukup lama. Juga disarankan untuk tidak memangku laptop ketika melakukan akses internet, terlebih didalam satu ruangan dengan banyak sinyal wifi, terutama anak-anak. (Nasrullah Armi, kandidat Ph.D. University of Technology Petronas, Malaysia, Master of Engineering – Toyohashi University of Technology, Jepang)
Posting Komentar