b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Apa itu Multiple Sclerosis

Apa itu Multiple Sclerosis
Apa itu Multiple Sclerosis



Apakah Multiple Sclerosis Itu?

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat tanpa bisa diprediksi dengan gejala yang jinak hingga kecacatan atau bahkan kematian akibat rusaknya proses komunikasi antara otak dengan organ tubuh yang lain.

Penyebab Multiple Sclerosis

Banyak ahli menduga penyebab multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun dimana sistem imunitas tubuh menyerang bagian tubuhnya sendiri. Pada kasus MS ini sistem imunitas tubuh menyerang selubung myelin yang melingkupi serabut neuron sel saraf pusat. Penyakit ini akan merusak otak dan sumsum tulang belakang.
Penyebab utama masih belum bisa dibuktikan secara pasti. Para ahli percaya adanya pengaruh genetik dan faktor pemicu dari lingkungan. Faktor risiko MS antara lain infeksi virus Epstein-Barr, merokok dan kekurangan vitamin D. Penelitian pada 101 kasus MS di Kuwait menunjukkan hubungan antara riwayat keluarga dengan MS, perlukaan di kepala atau imigran yang baru pindah ke Kuwait dimasa invasi Iraq di tahun 1990.
neuronApa itu Multiple Sclerosis
Apa itu Multiple Sclerosis

Angka kejadian MS di Amerika Serikat sekitar 58 – 95 per 100.000 penduduk. Di dunia terdapat sekitar 2,1 juta orang dengan MS. Angka kejadian di negara tropis lebih rendah.

Gejala Multiple Sclerosis

Gejala MS biasanya muncul antara rentang usia 20 hingga 40 tahun. MS lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Gejala MS dini, antara lain:
  • pandangan mata kabur
  • pandangan dobel
  • gangguan membedakan warnamerah – hijau
  • hingga mata tiba-tiba buta
Sebagian besar pasien MS memiliki kelemahan otot pada kedua tangan dan kakinya, serta kesulitan menjaga koordinasi dan keseimbangan tubuh. Pada kasus MS yang berat bisa terjadi kelumpuhan total atau sebagian. Sebagian besar pasien dengan MS juga bisa mengalami paresthesia, gangguan indera sensorikhingga merasa kebas, nyeri tajam, kesemutan atau sensasi seperti tertusuk-tusuk jarum. Beberapa penderita mengalami rasa nyeri yang tidak jelas. Gangguan bicara, tremor dan pusing sering dikeluhkan oleh pasien MS.
Terkadang pasien MS mengalami gangguan pendengaran. Sekitar separuh pasien MS mengalami gangguan kognitif seperti sulit berkonsentrasi, memusatkan perhatian, mengingat atau kesulitan memberi penilaian. Gejalanya biasanya ringan namun sangat mengganggu sehingga menjadi perhatian besar. Pasien MS rentan mengalami depresi.

Pengobatan Multiple Sclerosis

Menghindari merokok dan menjaga kadar vitamin D berpotensi mengurangi risiko dan mencegah memburuknya MS.

Sayang sekali belum ditemukan obat yang menyembuhkan multiple sclerosis, namun banyak obat dan pengobatan yang bisa dijalani untuk mengurangi kekambuhan dan mencegah perburukan MS.
Saat ini terdapat tiga beta interferon yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan kekambuhan gejala MS. FDA juga menyetujui penggunaan myelin basic protein, terapi immunosupresan serta antibodi monoklonal. Steroid, muscle relaxants dan tranquilizer juga digunakan untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien MS. Obat antidepresan diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
Beta-interferon menunjukkan pengurangan serangan gejala MS dan mungkin mampu memperlambat perburukan kecacatan fisik. Jika terjadi serangan biasanya lebih singkat dan lebih ringan. Myelin basic protein bisa mengurangi kekambuhan gejala hingga sepertiga.
Penderita multiple sclerosis biasanya mendapatkan fisioterapi dan gerak badan supaya tetap bisa menjaga fungsi tubuhnya. Penderita disarankan tidak terlalu kecapekan dan menghindari kepanasan supaya mencegah kelelahan fisiologis.

Prognosis Multiple Sclerosis

Tidak ada satu pemeriksaan tunggal untuk mengetahui multiple sclerosis. Dokter akan melakukan anamnesis untuk mendengar keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan saraf, MRI juga tes lainnya.
Para ahli belum bisa menyimpulkan prognosis dari MS. Sekitar 30% penderita MS bisa mengalami progresi dengan kecacatan dalam 20 – 25 tahun. Kurang dari 5 – 10% penderita MS hanya mengalami gejala ringan tanpa gangguan fisik yang berarti. Pengobatan yang dijalani bisa memperlambat perburukan MS.

Menyusui dan Multiple Sclerosis

Menyusui memiliki efek perlindungan terhadap kejadian penyakit autoimun secara umum. Penelitian pada 245 pasien MS menunjukkan menyusui bayi bisa menurunkan risiko kejadian penyakit multiple sclerosis. Infeksi virus Epstein-Barr di awal kehidupan anak menjadi salah satu faktor risiko kuat munculnya penyakit MS, sedangkan menyusui terbukti memiliki efek protektif terhadap infeksi virus, termasuk virus Epstein-Barr.

Ibu Menyusui Dengan Multiple Sclerosis

Kejadian multiple sclerosis lebih sering pada wanita dibanding pria dan di rentang usia produktif. Gejala MS berkurang ketika ibu hamil, namun biasanya kekambuhan akan kembali meningkat setelah ibu melahirkan.
Bisakah ibu dengan multiple sclerosis menyusui bayinya?
Bisa. Menyusui tidak menyebabkan kekambuhan gejala MS. Penelitian di Italia pada subjek 298 wanita dengan 302 kehamilan menunjukkan bahwa angka kejadian kambuhnya gejala MS pada ibu yang menyusui dan tidak menyusui bayinya ternyata tidak berbeda. Peneliti menyarankan untuk memberikan konseling bagi para ibu dengan MS terkait isu menyusui.
Ada berbagai derajat tingkat keparahan MS. Menyusui eksklusif tetap memungkinkan untuk dilakukan. Menyusui tidak dimungkinkan pada kasus MS risiko tinggi yang harus segera mendapat terapi setelah bayi lahir.
Ibu dengan MS sering tidak menyusui karena ingin melanjutkan pengobatan MS. Pengobatan yang digunakan dalam terapi MS harus dikaji lebih lanjut efeknya terhadap ASI.
UNICEF melaporkan tentang sebuah penelitian kecil di Amerika Serikat dengan hasil menunjukkan bahwa ibu penderita MS yang menyusui bayinya secara eksklusif ternyata lebih jarang mengalami kekambuhan gejala MS, dibandingkan kelompok ibu yang memutuskan untuk tidak menyusui atau memberi bayinya susu campur.
Sebuah metaanalisis terkini menyatakan bahwa menyusui eksklusif bisa menekan angka kekambuhan hingga hampir separuhnya. Hal ini kemungkinan karena efek positif menyusui terhadap perubahan hormonal dan imunitas ibu menyusui.
Bagi ibu dengan MS menyusui bayinya adalah pengalaman yang spesial. ASI ibu dengan MS sama baiknya dengan ASI ibu yang lain. Menyusui akan lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan susu formula yang harus repot membeli, membuat hingga mensterilkan media. Menyusui memang sulit pada minggu-minggu pertama sehingga ibu sebaiknya didampingi oleh konselor laktasi yang profesional.


So, breastfeeding lowers your risk of having a relapse in the 6 months post-partum period by approximately 50% compared to the risk if you did not breastfeed. Given that six months is plenty of time to provide a child with the numerous health benefits of breastfeeding, MSers who want to breastfeed should not feel discouraged from doing so!”


duniasehat
Posting Komentar

Posting Komentar